Jakarta WartaBhineke – RMOL – Menurut Sutopo sejak 23 Juli 2017 terpantau ada 150 hotspot, kemudian pada 24 Juli 2017 sebanyak 170 hotspot dan pada 25 Juli 2017 meningkat menjadi 179 hotspot.
“Peningkatan hotspot ini seiring dengan cuaca yang makin kering sehingga hutan dan lahan mudah dibakar. Jumlah hotspot ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2015,” kata Sutopo.
Untuk mengantisipasi karhutla dan memudahkan dalam penanggulangan bencana asap akibat karhutla maka 5 provinsi langganan karhuta telah menetapkan status siaga darurat karhutla yaitu Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.
Penetapan status siaga darurat ini diambil setelah beberapa kabupaten/kota di masing-masing provinsi menetapkan siaga darurat. Satgas terpadu dibentuk dimasing-masing provinsi untuk mengatasi karhutla yaitu satgas darat, satgas udara, satgas pelayanan kesehatan, satgas penegakan hukum dan satgas sosialisasi.
Upaya preventif kata Sutopo sudah banyak dilakukan. Namun luasnya wilayah yang harus dijaga dan terbatasnya sarana prasarana menyebabkan karhutla masih terjadi di beberapa daerah.
“Sebagian besar penyebab karhutla adalah kesengajaan untuk membuka lahan,” beber Sutopo.
Untuk mendukung operasi karhula, BNPB mengerahkan 18 helikopter pemboman air (water bombing). Sebaran dari 18 helikopter tersebut adalah Riau 5 unit, Sumatera Selatan5 unit, Kalimantan Barat 4 unit, Jambi 2 unit, dan Aceh 2 unit.
Dua helicopter pemboman air juga dioperasikan di Aceh menyusul penetapan siaga darurat di Kabupaten Aceh Barat. Selain itu, operasi hujan buatan juga di gelar oleh BNPB dan BPPT di Riau dan Sumatera Selatan. Total 68,4 ton bahan semai Natrium Chloride disebarkan ke dalam awan-awan potensial dengan menggunakan pesawat Casa-212 untuk memicu hujan. Sedangkan satgas darat dari TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, Damkar, MPA, dunia usaha dan masyarakat terus melakukan pemadaman di darat.
Total luas hutan dan lahan di Riau yang terbakar selama 2017 kata Sutopo sebesar 548,72 hektar. Kemarin satgas terpadu berhasil memadamkan karhutla di Desa Pauh, Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rohul seluas 4 hektar. Karhutla seluas 10 hektar di Desa Buluh Manis, Kecamatan Bhatin Solapan, Kota Dumai juga dapat diatasi. Begitu pula karhutla di daerah Desa Teluk Jira Parit, Kecamatan Tempuling, Kabupaten Inhil dapat dipadamkan.
Kebakaran lahan seluas 2 hektar terjadi pada 25 Juni 2017 pada lahan gambut dengan jenis tanaman pakis, ilalang, sawit dan semak belukar di Kelurahan Teluk Makmur, Kecamatan Medang Kampai, Dumai, Riau. Tim satgas darat dari TNI, Manggala Agni, Polisi, MPA, BPBD dan masyarakat berhasil memadamkan. Asap mengepul di lahan yang terbakar dari karhutla di Bukit Merbau, Kabupaten Meranti, Riau berkurang setelah dilakukan pemboman air sebanyak 32 kali.
Sementara itu, Selasa (26/7) pagi hingga siang asap dari karhutla di Aceh Barat menyebabkan menurunnya jarak pandang. Aktivitas masyarakat terganggu kebakaran lahan di Aceh Barat yang sebagian besar berada di lahan gambut.
Diperkirakan 69 hektar lahan terbakar di Aceh Barat yang tersebar di lima kecamatan yaitu Kecamatan Woyla, Kecamatan Meureubo, Kecamatan Sama Tiga, Kecamatan Johan Pahlawan, dan Kecamatan Arongan Lambalek.
“Kebakaran lahan disebabkan masyarakat membersihkan lahan dengan cara membakar, sehingga api menyebar ke lahan lain,” kata Sutopo.
Kebakaran terjadi sejak Selasa 18 Juli 2017 lalu dan sampai saat ini di beberapa titik masih terbakar pada lahan gambut dan lahan mineral. Pada hari ini, Sutopo menjelaskan bahwa satgas darat dari BPBA, BPBD, TNI, Polri, Basarnas, BLHK, SKPD terkait, RAPI dan masyarakat memadamkan titik api Desa Suak Nie, Suak raya, Leuhan, dan Ujong Tanoh darat. Sedangkan helicopter MI-172 melakukan pemsdaman di beberapa titik di Aceh Barat.
“Masyarakat dihimbau untuk tidak melakukan pembakaran hutan dan lahan. Cuaca makin kering sehingga mudah memicu karhutla. Semua unsur masyarakat dihimbau untuk menjaga wilayahnya agar tidak ada yang melakukan pembakaran. Awasi dan jaga lingkungan sekitarnya,” demikian Sutopo.
sumber: rmol