Ekspor Beras, Indonesia Taklukkan Negara Lain

Wartabhineka.com – Di hadapan para petani di Desa Tri Tunggal, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Selasa (7/3/2017) siang, meniupkan kata-kata semangat pada para petani. Hari itu ia hendak melakukan panen raya.

“Tahun lalu kita berhasil tidak impor beras. Tahun ini, kalau perlu terus dipertahankan (tidak impor beras),” katanya.

Amran, kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 27 April 1968 itu, mengawali panen raya padi 2017 secara nasional di Lamongan. Sepanjang dua bulan ke depan, dirinya bakal berkunjung ke seluruh Nusantara untuk melakukan panen komoditas strategis itu.

Di Jawa Timur, rute panen raya yang disambangi doktor ilmu pertanian itu adalah Lamongan, Tuban, Bojonegoro, dan Ngawi.

Lalu, di Jawa Tengah, dia akan berkunjung ke Kabupaten Purworejo. Sementara di Jawa Barat, Amran akan ikut memanen padi di Kabupaten Ciamis.

Didapat dari laman pertanian.go.id, panen raya padi berlangsung di Indonesia sampai dengan Agustus 2017. Angkanya terus meningkat dari tahun ke tahun.

Dalam laman yang sama, data produksi gabah kering giling (GKG) mencapai 79,141 juta ton pada 2016. Pada 2015, produksi GKG ada di angka 75,398 juta ton. Sedangkan setahun sebelumnya, produksi GKG ada di posisi 70,846 juta ton.

(Baca: Permintaan Tinggi, Indonesia Jaga Keberlanjutan Produksi Komoditas Pertanian)

Selain melakukan panen raya, sesuai arahan pemerintah, Amran menggalakkan Percepatan Serap Gabah Petani. Seperti diketahui, hal itu akan dilakukan terhitung sejak Maret hingga Agustus 2017.

Targetnya adalah 4 juta ton setara beras. Harga GKG petani diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 03/2017 sebesar Rp 3.700 per kilogram. Dengan peraturan itu, bagaimanapun kondisi gabah yang terdapat di lapangan akan dibeli dengan harga acuan [ada Permentan.

Pemerintah juga menunjuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bulog menyerap gabah dari petani. Menurut Amran, Bulog telah meningkatkan serapan dari 200 ton per hari menjadi 14.000 ton per hari.

“Akan tetapi kami ingin meningkaatkan lagi sampai 30.000 ton per hari,” tuturnya.

Jawa Timur

Catatan terkini saat panen raya di Lamongan, datang dari Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Umum Bulog Wahyu Suparyono. Sebagai salah satu lumbung beras utama, menurut Wahyu, Jawa Timur direncanakan mampu menyumbang serapan gabah ke Bulog hingga 1 juta ton.

Sampai kini, menurut data Kementerian Pertanian, ada 2,03 juta hektar lahan padi di Jawa Timur. Lahan itu tersebar di 79 kabupaten dan kota.

Sementara, kata Bupati Lamongan Fadeli yang hadir dalam panen raya, 60 persen dari 1.812 kilometer persegi luas lahan di Lamongan adalah sawah dan tambak. Sepanjang 2016, luas tanaman padi di Lamongan mencapai 186.250 hektar.

Pada tahun itu, produksi padi Lamongan mencapai 1,053 juta ton. Angka ini naik 6,92 persen ketimbang pencapaian pada 2015.

Pada musim tanam (MT) 2017, pemerintah Kabupaten Lamongan, mematok target luas tanaman padi 160.633 hektar. Sampai dengan Maret 2017, luas tanaman padi yang sudah terealisasi sebesar 77.285 hektar.

Mulai ekspor

Dengan capaian itu, cita-cita mengekspor beras bukan niscaya lagi. Seperti kutipan Amran pada Senin (13/2/2017). “Sudah 72 tahun lamanya, Indonesia mengimpor beras. Kini, Indonesia mulai mengekspor beras,” katanya.

Ekspor perdana beras Indonesia dilakukan dari Merauke, Provinsi Papua, ke Papua Niugini. Ekspor itu berwujud beras premium sebanyak satu truk, untuk tahap pertama.

Nantinya, 10.000 ton beras hasil panen musim hujan 2017 akan menjadi mata dagangan Indonesia ke luar negeri.

Masih menurut Amran, harga beras yang diekspor ke Papua Niugini besarnya Rp 10.000 per kilogram. Harga itu separuh lebih murah jika dibandingkan dengan harga beras impor Indonesia dari Filipina, Thailand, dan Vietnam.

“Ekspor beras jadi bukti kita bisa menaklukkan negara lain,” pungkas Amran.

You May Also Like

More From Author