Semangat anak-anak di Dusun Cipluk Timur, Desa Sidokumpul, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, untuk menuntut ilmu patut diacungi jempol. Mereka harus menyeberangi Sungai Blukar dengan arus deras setiap kali berangkat dan pulang sekolah.
Jembatan penghubung satu-satunya hanyut terbawa arus sungai sejak lima tahun lalu. Hingga kini, tidak ada tanda jembatan tersebut akan diperbaiki.
“Setiap hari kalau ke sekolah, harus menyeberangi sungai. Sepatu dan celana ditaruh di tas. Nanti dipakai lagi kalau sudah menyeberang. Kalau hujan dan sungai banjir, tidak berangkat sekolah,” kata Muhamad Soful Falah, siswa kelas 4 SD Negeri 3 Sidokumpul, Patean, Kedal, Selasa 2 Mei 2017.
Menurut Falah, SD Negeri 3 Sidokumpul adalah satu-satunya sekolah terdekat dari Dusun Cipluk Timur. Ia dan teman-temanya harus hati-hati melangkah saat menyeberang sungai, karena bebatuan yang diinjak cukup licin.
Agar tidak terpeleset, siswa yang kecil biasanya digendong temannya yang lebih besar. Ada juga yang digendong warga ataupun orangtua mereka saat menyeberangi menyeberangi sungai.
Adi, warga Dusun Cipluk Timur, mengatakan bahwa sempat dibuat jembatan darurat. Namun, tidak bisa bertahan lama karena diterjang arus Sungai Blukar.
Tidak adanya jembatan penghubung membuat warga Dusun Cipluk Timur kesulitan bepergian. Mereka merasa terisolasi karena harus memutar memutar mengitari bukit hingga 70 kilometer jika tidak mau menyeberangi sungai.
“Warga yang memiliki sepeda motor, jika hendak berpergian terpaksa menggotong kendaraannya menyeberangi sungai,” kata Adi.
Adi berharap, segera dibangun jembatan agar anak-anak tidak lagi menyeberangi sungai setiap berangkat dan pulang sekolah. Warga juga beraktiftas normal dan tidak merasa terisolasi.
Untuk membangun jembatan secara permanen, dibutuhkan dana lebih dari Rp 500 juta. Namun, hingga kini belum ada anggaran untuk membangun jembatan tersebut.