WartaBHINEKA.com, Jakarta – Menko Maritim Luhut Pandjaitan menerima 12 pejabat dari perwakilan anggota badan meteorologi di enam negara-negara pasifik di Kantor Kemenko Bidang Kemaritiman, Selasa (1/8/2017). Mereka telah mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas penanganan tanggap bencana oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Gedung BMKG, Citeko.
Kepada keduabelas anggota delegasi dari Fiji, Papua Nugini, Samoa, Solomon Island, Vanuatu dan Tonga, Menko Luhut mengingatkan agar dapat memanfaatkan hasil pelatihan untuk kebaikan negara mereka masing-masing. “Negara kami cukup memiliki pengalaman dalam penanganan bencana alam karena Indonesia berada di wilayah cincin api,” ujarnya.
Dengan posisi Indonesia dan wilayah yang luas, tambah Menko, Indonesia harus mampu memanfaatkan teknologi untuk melakukan mitigasi bencana. “Kami punya wilayah luas untuk ditangani. Oleh karena itu kami ingin berbagi pengalaman tersebut serta mendukung upaya negara anda untuk melakukan penanganan bencana terutama pemanfaatan teknologinya,” tegasnya.
Lebih jauh, Menko Luhut berharap agar para peserta pelatihan benar-benar mampu mengaplikasikan hasil pelatihan dari BMKG agar diterapkan di negara mereka. “Kami ingin anda terus belajar dan menguasai teknologi penanganan dini bencana agar tidak jadi obyek kolonialisasi dari negara lain,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman Arif Havas Oegroseno dan Kepala BMKG Andi Eka Sakya. Kepala BMKG Andi Eka Sakya mengungkapkan bahwa program pelatihan penanganan multi bencana nasional dengan aplikasi geospasial dan pembangunan berkelanjutan tersebut merupakan implementasi dari perjanjian yang dilakukan pada Oktober tahun 2016 silam.
“Latihan ini merupakan rangkaian kegiatan penguatan penilaian resiko multi bencana dan deteksi dini bencana dengan menggunakan sistem informasi ruang dan geografis,” jelas kepala BMKG yang juga presiden World Meteorology Organization itu. Luaran yang dihasilkan dari pelatihan ini, menurut Andi, adalah rencana aksi nasional yang dibuat oleh delegasi tiap-tiap negara dengan dibantu oleh pelatih dari BMKG.
Para delegasi yang hadir dalam pertemuan dengan Menko Maritim Luhut Pandjaitan kompak mengaku senang dengan ilmu yang mereka peroleh dari pelatihan di BMKG selama tiga minggu sejak awal Juli 2017. “Negara kami sangat rentan dengan dampak perubahan iklim, karena itu, saya sangat mengapresiasi bantuan pemerintah Indonesia agar kami bisa mempelajari teknologi deteksi dini terhadap bencana akibat perubahan iklim, kata Mitieli Drugu, salah satu anggota delegasi dari Kementerian Pengembangan Kemaritiman dan Pengelolaan Bencana Fiji.
Setelah pelatihan ini, pemerintah melalui BMKG akan melaksanakan proyek percontohan penilaian resiko multi bencana dan sistem deteksi dini (EWS) di Vanuatu, Kepulauan Solomon, dan Tonga. Rencananya, pelatihan tersebut akan mulai dilaksanakan dari Bulan September hingga Oktober 2017.