Jakarta, WartaBHINEKA – Pembukaan Asian Games 2018 yang spetakuler di Jakarta mewariskan kenangan kolektif sepanjang abad. Decak-kagum penonton membahana di Gelora Bung Karno Jakarta dan ratusan juta penonton di seluruh Indonesia. Atraksi-atraksi yang ditampilkan di panggung utama memberikan pesan kepada penonton tentang Indonesia seperti keberagaman etnik, agama, suku dan sebagainya. Indonesia terdiri dari sekitar 700 bahasa dengan pulau-pulau terbanyak di dunia. Indonesia negara kepulauan yang mengakomodir berbagai agama yang berbeda.
Dari panggung pembukaan, penonton dari 45 negara peserta Asean Games ke-18 disuguhi ragam tarian etnik. Tak bisa dibantah, atlet dalam negeri, atlet luar negeri dan penonton menikmati adegan demi adegan yang mengambarkan Indonesia.
Pesta demokrasi empat tahunan ini tidak hanya unjuk rasa prestasi olahraga saja. Di balik acara yang menguras sekitar Rp 300 triliun, ada pesan yang dikirim kepada sekitar 11.000 atlet dari luar negeri, salah satu sinyal yang diperlihatkan bahwa warga di Nusantara ini mengakomodir warga beribadah menurut kepercayaan dan keyakinan masing-masing. Harmonisasi umat Islam yang mayoritas di Indonesia bukanlah ancaman bagi penganut agama-agama lain. Selayaknya hal ini menjadi pelajaran bagi umat mayoritas di 45 negara peserta Asean Games 2018.
Bersamaan dengan itu, Panitia Asian Games juga membangun rumah ibadah untuk enam agama sebagai sarana pendukung non-venue. Pembangunan keenam rumah ibadah itu menjadi salah satu persyaratan dan kelengkapan non-venue kompetisi. Pembangunan rumah ibadah sebagai simbol pemersatu bangsa.
Melalui perhelatan ASean Games ke-18, atlet-atlet dari luar negeri tidak hanya memburu medali-medali namun juga belajar harmonisasi beragama. Sudah ratusan tahun, penduduk Nusantara mengamalkan perlunya saling menghargai sesame umat yang berbeda keyakinan tanpa ada konflik. Tidak salah lagi, bila warga dunia merujuk ke Indonesia sebagai laboratoriun beragama yang harmonis, sejuk dan damai yang diabaikan oleh setiap umat.