Jakarta, WartaBHINEKA – Indonesia kaya akan rempah dan palawija. Dalam sejarahnya, salahhh satu magnet yang mengundang pelayaran internasional awal penjajahan di Indonesia adalah rempah – rempah dan palawija. Di antaranya kopi. Dalam harum rempah dan aroma kopi inilah, Indonesia merajut diplomasi dengan dunia di Internationale Tourismus Borse (ITB) 2018, Messe, Berlin, Jerman, sejak Rabu (7/3/2018) hingga Minggu (11/3/2018).
Hari masih pagi, di kota Berlin, Kamis (8/3). Jarum jam sudah menunjukkan pukul 09:00. Namun, kabut tebal masih menyelimuti kota ini. Udara pagi itu masih sangat dingin, suhu udara menunjukkan angka 3 derajat celcius. Sehari sebelumnya, Rabu (7/3). salju turun di kota itu dan pada malah hari suhu mencapai – 12 derajat celcius.
Kesibukan mulai berdenyut di Bale Kul – Kul Bali, Paviliun Wonderful Indonesia, Hall 26A Messe. Retno Wulandari, pemilik kebun kita Yogya, produk minuman rempah tradisional. bersama rekannya. Nhovri Hilman, terlihat sangat sibuk merapikan gerai minuman mereka. Nhovri memotong – motong jahe dan meracik rempah lainnya dengan air putih.
Sementara Retno merapihkan berbagai jenis rempah yang berda di gelas kaca bening berukuran kecil yang dipajang di depan gerai. Ada potongan kayu manis, bunga rosela, serta beberapa jenis biji – bijian dan dedaunan kering. Rempah – rempah ini dibawa langsung dari Indonesia.
” Kali ini, saya membuat bir pletok khas Betwai. Minuman tradisional ini cocok diminum pada saat cuaca dingin seperti ini, ” kata Nhovri sembari mengaduk bir pletok.
Setelah rempah bersih, Nhovri membagikan kepada pengunjung ITB Berlin yang sudah antre di depan gerai minuman ini. Mesti namanya bir, kata Nhovri menyajikan berbagai jenis minuman rempah atau sering dikenal dengan wedang dari berbagai daerah Nusantara hasil racikan mereka. Ada wedang uwuh dan Imogiri yang terbuat dari dari racikan jahe, cengkeh, secang, daun pala, daun kayu putih, dan kapulaga. Juga wedang pokak terdiri atas campuran rempah, seperti pekak, kayu manis, jahe dan gula jawa.
Selain itu, bir mataram (terbuat dari jahe, secang dan jeruk nipis) dan jakencruk (jahe, kencur, dan jeruk nipis), sinom ( kunyit, asam jawa, dan gula jawa), serta blue ocean (bunga telang, serai dan jeruk nipis).
“Bir matahari dari Yogya, jakencruk dari Wonosobo, pokak dari Madura, dan sinom dari Surabaya,” Kata Retno.
Peminat minuman tradisional ini sangat banyak. Bahkan, sebelum tempat ini dibuka, pengunjung yang sebagian besar pelaku industri pariwisata dan konsumen dari berbagai negara sudah antre di gerao minuman Bule Kul -kul.
Sejum;ah pengunjung ingin membeli minuman – minuman itu dalam bentuk kemasan. Namun, Retno tidak menyediakan kemasan untuk dijual kepada pengunjung.” Biar mereka penasaran hingga ingin berwisata ke Indonesia,” katanya.
Kintamani dan Bajawa
Tak hanya Retno dan Nhovri, kesibukan merpaihkan perlengkapan membuat kopi dilakukan Deryl Juniar Barista dari Home Coffee Roastery dari Solo, di gerai Kopi Nusantara.
Deryl sengaja menghadirkan lima jenis kopi dari Indonesia untuk disuguhkan ke[ada pengunjung Paviliun Indonesia di ITB Berlin. Ia sengaja menawarkan kenikmatan dari kopi Gayo (Aceh), Kintamani (Bali), Bajawa (Flores), Enkerang (Toraja), dan Java Ijen dari Jawa Tengah. Pengunjung menikmati secangkir kopi Indonesia secara gratis.
“Lima macam kopi ini memiliki karakter, rasa dan kualitas yang berbeda satu dengan yang lain. InI telaj diakui penggemar kopi dan barista (peracik kopi) karena dinilai bercita rasa yang sangat unik,” ujar Deryl.
Menurut Deryl, sejak hari pertama penyelenggaran ITB Beli, setiap hari ia menyuguhkan 500 cangkir kopi, Semuanya, ludes.
Mengembalikan Kejayaan
Retno, Nhovri, dan Deryl adalah anak musa yang memiliki kerinduan untuk mengembalikan kekayaan rempah palawijaya Nusantara.
“Banyaknya provinsi dari ribuan pulau di Indonesia membuat kita kaya akan varian minuman rempah daerah. Makanya, saya mendirikan KebunKita ,” Ujar Retno.
Ia menjadikan KebunKita Di Yogyakarta sebagai wadah riset untuk mengangkat kembali minuman rempah Nusantara dari seluruh Provinsi.
Kementerian Pariwisata menghadirkan Retno dan Deryl sebagai salah satu Delegasi Indoensia untuk mengembangkan promosi Indonesia untuk pariwisata ke berbagi daerah melalui minuman khas nusantara. Lewat minuman rempah dan kopi tradisional, mereka memperkenalkan Indonesia kepada wisatawan mancanegara.
Selain memiliki alan yang indah minuman tradisional yang khas, Indonesia kaya akan pariwisata eksotik lainnya.
Saat ITB Berlin berlangsung selain mencicipi minuman rempah dan kopi, Indoensia menjual seni budaya dan kesenian, seperti penampilan Malang Amore Carnival dan Tim Kesenian DKI Jakarta serta pakaian adat untuk perkawinan.
Novi Arimuko (51), pemilik Novi Arimuko Make Up Studio Jakarta, menampilkan tiga pakaian perkawinan adat di antaranya Bali, Mandailing (Sumatera Utara), dan Yogyakarta.
“Wisata perkawinan ini menjadi pelengkap dalam pariwisata Indonesia. Potensinya sangat besar karena unik dan penuh sensani baru bagi turis mancanegara, ” ujarnya.
Berwisata di Indonesia semakin lengkap dengan hadirnya terapis yang menawarkan spa. Seperti yang ditampilkan Sofitel Hotel dan Resort Bali dan Plataran Canggu Bali Resort and Spa kepada pengunjung.
Tak hanya itu, setiap pengunjung yang datang ke Paviliun Wonderful Indonesia ditawarkan mengabadikan diri dengan berfoto di Augmented Reality Postcard Photobooth Indonesia.
” Kami ingin oengunjung mendapatkan kennag – kenangan tentang Indonesia, baik segi alamya, mereka juga dapat berfoto menggunakan pakaian adat tradisional Indonesia secara digital, dengan begitu mereka akan selalu ingat dan penasaran ingin datang ke Indonesia, ” kata Amiranto Adi Wibowo, CEO and Founder Indonesia in Your Hand, yang mengelola Augmented Reality Postcard Photobooth Indonesia. (Dikutip dari Harian Kompas, Kamis 5 April 2018 )