Jakarta – Tema Earth Hour tahun ini adalah keanekaragaman hayati. Ini sejalan dengan kondisi belahan dunia yang masih dalam balutan serbuan virus. Berdasarkan data dari Kementrian Lingkungan Hidup pada tahun 2013, Indonesia memiliki luas wilayah 1,3 % dari luas permukaan bumi dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi (mega biodiversity), yaitu sekitar 17 % dari keseluruhan jenis makhluk hidup yang ada di bumi ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan perubahan iklim saat ini berada dalam kondisi kritis. Kenaikan suhu setiap tahun ditambah curah hujan ekstrem merupakan bukti masa kritis iklim.
BMKG mencatat pada 2016 dan 2019 merupakan dua tahun terpanas di Indonesia. Organisasi Meteorologi Dunia menyatakan 2019 sebagai tahun terpanas ke-2 setelah 2016.
Perubahan iklim berdampak sangat luas pada kehidupan masyarakat. Kenaikan suhu bumi tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi tetapi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian dan ekosistem wilayah pesisir.
“Peringatan Earth Hour 2021 yang diikuti seluruh negara sebagai upaya mengurangi dampak pemanasan global dengan memadamkan listrik untuk memberikan bumi istirahat. Ini harus menjadi refleksi bagi seluruh manusia agar berperilaku lebih ramah pada satu-satunya planet yang bisa dihuni,” ujar Heka.
Di tempat yang sama wakil Earth Hour Jakarta Mayankintami mengapresiasi aksi pemadaman yang dilakukan oleh AGP selama 90 menit mulai 20.15 sampai 21.45.
“Yang lain mematikan 60 menit, namun beda halnya dengan di sini. AGP mematikan lampu kawasan ini selama 90 menit. Pemadaman di kawasan ini aman terkendali, terlihat ramai namun protokol kesehatan tetap terjaga dengan baik. Tadi juga telah dilakukan simbolisasi pemadaman dengan pemotongan kue 60+ bersama tim Earth Hour Jakarta, Artha Graha Peduli dan PLN. Telah dilaporkan pula penurunan beban yang terjadi dengan pemadaman ini dari agenda tahun sebelumnya” ujar Mayankintami.