Jakarta, WartaBHINEKA – Beban kesehatan negara yang berasal dari penyakit infeksi, penyakit tidak menular, dan gangguan kesehatan jiwa masih tinggi. Dalam jangka panjang, ini akan menggerogoti tingkat produktivitas bangsa dan perekenomian negara. Upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit perlu dilakukan.
Direktur Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan Saraswati, Kamis (11/1), di Jakarta, mengakui upaya kesehatan masyarakat di puskesmas belum optimal. Sebagaian besar puskesmas masih memiliki paradigma lama, yaitu kuratif. Padahal, kini upaya promotif dan preventif dengan turun ke masyarakat dilakukan dengan gencar.
Sebagaian besar kesakitan, kematian dan disabilitas akibat penyakit bisa dicegah melalui upaya promotif dan preventif. Namun, upaya kesehatan masyarakat di level pelayanan primer belum optimal ” Kurang dari 50 persen kepala puskesmas yang memahami betul bagaimana upaya kesehatan masyarakat seharusnya dilakukan, ” kata Saraswati.
Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit yang kendur mengakibatkan angka kesakitan dan kematian masih tinggi.Per triwulan IV- 2017, masih ada 3.597 ibu meninggal saat melahirkan dan 22.327 kematian bayi. Prevalensi anak balita stunting atau bertubuh pendek 27, 6 persen, 3,4 persen anak balita bergizi buruk dan 14,4 persen anak balita bergizi kurang.
Selain itu, dalam setahun terakhir, kejadian luar biasa difteri yang seharusnya bisa dicegah dengan vaksinasi terjadi di 170 kabupaten atau kota. Adapun pravelensi tuberkulosis pada 2016 masih 628 per 100.000 penduduk.
Sementara penyakit Jantung dan pembulu darag menjadi penyebab kematian terbanyak, iNi terkait dengan sejumlah faktor risiko yang bisa dicegah, seperti hipertensi. Prevalensi hipertensi masih 30, 9 persen. (DIkutip dari Harian Kompas, Senin, 15 Januari 2018)