AMLAPURA, WartaBHINEKA – Gunung Agung di Karangasem kembali mengalami gempa tremor harmonik sebanyak dua kali pada pengamatan priode 00.00 – 06.00 Wita, Rabu (27/6/2018) kemarin.Amplitudonya 11 sampai 19 mm. Durasi gempa 140 – 165 detik.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Berapi, PVMBG, Wawan Irawan menjelaskan, gempa tremor harmonik menandakan jika aliran fluida mulai naik ke permukaan kawah gunung melalui rongga. Seperti gas atau uap naik ke atas karena ada dorongan. Gempa tremor harmonik yang terjadi tadi pagi tidak diikuti erupsi. Hanya terdengar bunyi gemuruh sekitar perut gunung, itupun sebentar. Kegempaan seperti ini biasa terjadi pada gunung yang maasih aktif sesuai karakter Gunung bersangkutan.
“Wajar terjadi gempa tremor harmonik di Gunung Agung. Sebelumnya juga sering terjadi. Tapi kondisi Gunung Agung masih aman. Status tetap siaga, dampak masih di radius 4 kilometer dari puncak,” kata Wawan.
Menurutnya, potensi letusan ada dengan daya letusan kecil. Dampaknya sekitar radius 4 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung. Yang terimbas erupsi di kisaran puncak Gunung Agung. Tidak sampai mengenai area permukiman di lereng Gunung. Suplai magma ke permukaan kawah sampai hari ini masih ada.
Deformasi mengalami peningkatan, tapi belum diketahui jumlahnya. Dalam waktu dekat PVMBG kembali mengevaluasi aktivitas Gunung Agung untuk mengetahui kondisi Giri Tohlangkir. Seperti diketahui, data per 7 Juni 2018 magma di Gunung Agung bertambah sekitar 1 juta meter kubik.
Penambahan kedalaman empat kilo di bawah puncak. Jumlah magma saat itu sekitar 1 juta meter kubik. Kemungkinan sekarang bertambah. Penambahan volume magma terjadi di bagian selatan dan barat laut. Sedangkan bagian Tenggara sifatnya fluktuasi, naik turun, sejak 3 minggu yang lalu. Seismik dalam waktu sebulan juga merekam kegempaan. Menandakan ada pergerakan magma.
Sedangkan volume lava di kawah Gunung Agung bertambah tiga juta meter kibik, dari 20 juta jadi 23 juta meter, per 7 Juni 2018. Jumlah gas SO2 cenderung alami penurunan, terukur di kisaran 190 – 203 ton tiap hari. Tandanya masih ada aliran magma. PVMBG mengimbau masyarakat, pendaki, pengunjung, dan wisatawan agar tak melakukan pendakian atau beraktivitas zona bahaya. Yaitu di radius 4 kilometer dari puncak Gunung.
Status masih level III (siaga). Perkiraan bahaya sifatnya dinamis. Warga yang bermukim serta beraktivitas di aliran sungai agar wspada akan potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan. Kondisi ini terjadi terutama pada musim hujan, seandainya sisa material erupsi masih terpapar di puncak Gunung. (Dikutip dari Tribunbali.com/28/6/2018)