Manado – WartaBHINEKA,
“Saat masih kecil sering dengar nasihat kalau tidak ada petani yang bekerja keras, kita mau makan apa. Kalau tidak yang kerja keras, kita mau makan ikan apa. Saya ingat itu sejak masih kecil.” Kalimat berangkai-rangkai itu sangat menyentuh direnungan, diamalkan dan disebarluaskan. Siapakah yang telah lantang mengeluarkan pernyataan yang menggugah itu?
“Adalah Presiden Joko Widodo yang mengingatkan warga untuk menghormati profesi petani dan nelayan. Hal ini dilontarkan di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Sabtu (6/5/2017) pada pembukaan Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (Penas KTNA) di hadapan 35 ribu petani dan nelayan dari seluruh Indonesia. Tidak bisa dibantah lagi, menjadi petani, nelayan atau bergelut di bidang pertanian adalah profesi yang mulia yang menyediakan kebutuhan pangan bagi seluruh umat manusia di dunia yang mencapai sekitar 7,5 miliar jiwa. “Makanya kita harus sayang sama petani dan nelayan,” ajak Jokowi lulusan Fakultas Kehutanan UGM.
Komitmen pemerintah jelas yakni berupaya tidak lagi mengimpor pangan seperti beras, jagung, bawang dan cabai. Jokowi menyebutkan dua tahun lalu harga jagung turun drastis akibat impor yang mencapai 3,6 juta/ton.tahun dan ini mengganggu perekonomian para petani di dalam negeri. Kemudian Presiden ke-7 ini membatasi impor jagung hingga 900 ribu/ton/tahun. Mantan Konsultan PT. Kertas Kraft Aceh ini menargetkan akan menghentikan impor jagung tahun 2017 karena kebutuhan dibidang ini dapat dipenuhi oleh petani Indonesia.
Siapa pun kita harus mendukung mewujudkan ketahanan pangan dan mandiri dari sektor urusan perut ini untuk itu kita layak memberikan apresiasi kepada anak-anak muda yang bergelut di bidang pertanian. Sebut saja Hanny Pontoh, entreprener lincah yang bergelut di bidang pertanian.
“Awal usaha kami di bidang hasil bumi padi, jagung, kelapa. Usaha ini sudah memasuki generasi ke-2 sejak tahun 1975,” ungkap Hanny Pontoh. Melalui bendera Gilingan Padi Sinar Abadi yang bergerak di sektor penggilingan beras dan hasil bumi di Dusun I Ayong-Sangtombolang Kabupaten Bolaang Mongondow, Menado, Hanny berupaya meningkatkan pendapatan bisnisnya dan masyarakat petani.
Bagaimana caranya? Telah lama Hanny menjalin kerja sama bisnis dengan petani di daerahnya dalam pembelian gabah untuk digiling di pabriknya. Nah yang bikin kita terkesima, dia bekerjasama dengan lebih dari 1.000 petani di daerahnya. Komitmennya berupaya meningkatkan pendapatan ratusan petani dan warganya sekitarnya. Keberhasilan mendongkrak pendapatan petani – mayoritas warga Indonesia berstatus petani – akan mengubah perekonomian negara ini ke arah lebih baik. Desa yang makmur akan berdampak ke perkotaan terutama menahan arus urbanisasi.
“Dengan bantuan Kredit Usaha Rakyat ( KUR ) dari Bank Artha Graha, kami akan meningkatkan penjualan hasil bumi seperti kelapa, kopra, penyedian bibit serta penyewaan mesin pertanian. Kami merencanakan mendirikan gudang untuk menampung hasil-hasil produk pertanian,” ajaknya yang senada mewujudkan cita-cita Nawacita yang dicanangkan oleh Kabinet Jokowi-Jusuf Kalla.
Sejatinya berbisnis di bidang pertanian sering diliputi tidak kepastian. Misal panen bisa gagal karena dihajar hama, diserang perubahan cuaca dan butuh berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk panen atau memetik rupiah mengalir ke kocek. Dari aspek dagang, Hanny sudah memiliki usaha pengembangan perumahan dan penyedian alat-alat berat seperti dump truk, 6 excavator dan lain-lain yang disewakan untuk kontraktor. Tentu saja ini lebih cepat balik modal. “Kami tidak bisa meninggalkan usaha sektor pertanian yang telah dijalani selama 30 tahun dan ini generasi kedua yang melanjutkan dan mengembangkan usaha pertanian. Kerja di sektor ini kerja menghidupi masyarakat,” jelasnya berfilosofi.
Bagaimana cara Hanny bersinergi dengan seribu petani tradisional? Sebagai Bapak Angkat, dia berkewajiban mulia yaitu membina petani, mengajari pembukuan, pedampingan di lapangan serta mempersiapkan modal untuk pembiayaan pengolahan hasil yang meliputi biaya petani, bibit, pupuk, sewa mesin dan panen. Menjelang musim tanam, timnya menyediakan dana buat para petani di desanya antara lain untuk pembiayaan bibit, pupuk, dan ongkos kerja kepada petani. Masa panen sekitar 3 bulan dan petani masing-masing menggarap 3 hektar lahan pertanian. Berbisnis adalah berhitung-hitung dari rincian biaya produksi hingga profit.