Jakarta – Lazimnya, satwa liar seperti harimau akan selalu menghindari manusia di dalam kawasan hutan. Tapi beda dengan harimau yang diberi nama Bonita, hewan itu malah nyaman di dekat manusia.
“Kalau kita melihat dari kebiasaan satwa buas seperti harimau, biasanya akan menghindari untuk bertemu dengan manusia. Sangat jarang terjadi ada harimau merasa nyaman berdekatan dengan manusia seperti kasus Bonita,” kata juru bicara WWF Indonesia wilayah Riau, Syamsidar dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (8/3/2018).
Menurut Syamsidar, misteri soal Bonita yang sudah menyimpang dari perangai aslinya ini memang masih tanda tanya besar. Bisa jadi memang, Bonita merasa nyaman dekat dengan manusia karena sudah sering berjumpa atau malah karena sudah menyerang korbannya Jumiati hingga tewas.
“Faktor-faktor habitat rusak, terganggu, atau kemungkinan lainnya bisa saja terjadi. Namun dari pengalaman yang ada selama ini harimau itu paling menghindari manusia,” kata Syamsidar.
Sifat harimau yang selalu menghindari manusia inilah, kata Syamsidar, sehingga manusia memang sangat jarang sekali bisa bertemu di alam bebas.
Menurut Syamsidar, dalam catatan WWF Indonesia di Riau, sejak tahun 2005 lalu hingga 2018 ini, tercatat baru 5 kali aktivis mereka bertemu dengan harimau.
“Lima orang aktivis kita memang pernah bertemu harimau di lapangan. Jadi memang sangat jarang sekali manusia bisa bertemu dengan satwa buas itu. Kalaupun harimau mengetahui akan kehadiran manusia, dia lebih awal menjauhi,” kata Syamsidar.
Dari keterangan lima aktivis WWF Indonesia di Riau yang bertemu harimau, durasinya juga tidak terlalu lama.
“Setiap mereka bertemu harimau, rata-rata waktunya hanya satu menitan saja. Setelah itu harimau pergi menghindari manusia. Tapi memang harimau juga punya tipikal bila terkejut saat berjumpa manusia dia akan menyerang,” kata Syamsidar.
Pengalaman para aktivis ini, jelas berbanding terbalik dengan kondisi harimau Bonita. Dia acap kali muncul dekat dengan manusia pascamenerkam Jumiati pada 3 Januari 2018 lalu.
Tak hanya itu, Bonita malah menongkrongi tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau bersama anggota Polres Indragiri Hilir (Inhil). Pertemuan Bonita dengan tim gabungan yang membawa senjata itu terjadi di kawasan green belt blok 68 di perkebunan sawit asal Malaysia, PT Tabung Haji Indo Plantations di Kecamatan Pelangiran Inhil pada 19 Februari lalu. Ada dua jam Bonita menongkrongi tim dengan jarak hanya 3 meter.
“Kondisi harimau seperti yang di Inhil (Bonita) memang tidak lazim terjadi. Ini kita sudah menyimpang dari kebiasaan harimau liar lainnya,” kata Syamsidar.
Syamsidar mencontohkan, salah satu timnya pernah bertemu harimau di salah satu kawasan hutan tanaman industri (HTI) yang ditumbuhi pohon akasia perusahaan di Riau. Pohon akasia itu usianya sekitar tiga tahunan yang batangnya juga belum terlalu besar.
Ketika itu, seorang aktivis WWF lagi memasang tenda untuk istirahat. Tiba-tiba tanpa sengaja harimau melintas di sekitar tenda yang baru dipasang. Spontam aktivitis tadi langsung memanjat pohon akasia yang tidak terlalu tinggi. Diperkirakan hanya dua meteran dari tanah yang artinya masih bisa diterkam harimau.
“Tapi harimau itu tidak mengindahkan tim kita. Andai saja harimau saat itu mau menerkamnya, jelas gampang sekali karena rendah. Namun penyerangan itu tidak dilakukan, malah harimaunya pergi menghindar,” kata Syamsidar.
Sumber: Detik.com