WartaBHINEKA – Oleh: Heka Hertanto, Ketua Umum Artha Graha Peduli
Miris membaca berita harimau sumatera selama Oktober ini yang terus menerus turun ke perkebunan warga. Turunnya harimau sumatera ke desa, tentu berbahaya bagi harimau dan warga. Penduduk akan ketakutan ke kebun atau ladang. Sebagai antisipasi pengamanan, warga biasanya akan memasang jerat harimau. Namun, ini justru mengancam keselamatan harimau sumatera yang harus dilindungi dan dilestarikan.
Dengan menipisnya hutan yang menjadi hunian harimau sumatera, hewan dilindungi itu terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat dengan manusia, hingga menimbulkan konflik. Kita seharusnya tidak ingin spesies ini ikut punah seperti harimau bali dan harimau jawa yang sudah musnah.
Harimau adalah binatang karnivora anggota keluarga kucing atau Felidae. Hewan ini merupakan spesies kucing karnivora terbesar, yang mana harimau sumatera adalah jenis terkecil dan harimau siberia adalah subspesies terbesar.
Secara keseluruhan, terdapat sembilan subspesies harimau yang tersebar di seluruh dunia, tiga di antaranya adalah harimau asli Indonesia. Tiga harimau di Indonesia adalah harimau jawa dan harimau bali yang telah punah, dan harimau sumatera yang populasi berada dalam ancaman.
Harimau bali (Panthera tigris balica) punah pada 27 September 1937 setelah seekor betina dibunuh di Sumberkima, Bali. Matinya harimau betina tersebut membuat harimau bali menjadi subspesies harimau Indonesia pertama yang punah.
Harimau jawa (Panthera tigris sondaica) adalah subspesies harimau yang hidup terbatas (endemik) di Pulau Jawa. Harimau ini dinyatakan punah pada sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang mengurangi habitat hewan ini secara drastis.
Harimau sumatera menjadi satu-satunya subspesies harimau Indonesia yang masih bertahan hidup sampai saat ini. Harimau sumatera merupakan salah satu satwa liar dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 dan berdasarkan The IUCN Red List of Threatened Species, harimau sumatera saat ini menyandang status Critically Endangered atau spesies yang terancam kritis, berisiko tinggi untuk punah di alam liar.
Harimau sumatera sudah dinyatakan terancam punah atau critical endangered karena jumlahnya yang semakin menurun oleh daftar merah IUCN. Harimau sumatera juga masuk dalam kategori dilindungi menurut UU No 5 Tahun 1990 karena ancaman yang berupa perburuan liar dan perdagangan ilegal, konflik dengan manusia, deforestasi, dan pembangunan jalan serta infrastruktur yang memotong habitat harimau sumatera.
Dua faktor utama penyebab klasik kepunahan harimau adalah perburuan liar dan deforestasi. Harimau dibunuh untuk diambil kulitnya. Hutan yang menjadi rumah harimau dirusak untuk dijadikan lahan perkebunan khususnya kawasan hutan di Sumatera yang saat ini perkiraan hanya tersisa 11 juta hektare.
Jika laju deforestasi tidak dikendalikan, diperkirakan hutan akan musnah dalam 25 tahun mendatang. Tanpa hutan jelas akan berdampak pada perubahan iklim yang akan menimbulkan bencana besar di muka bumi.
Kehilangan hutan juga akan membuat harimau sumatera ikut lenyap karena habitat aslinya berada di sepanjang hutan yang membujur di pegunungan Bukit Barisan di Sumatera. Upaya penyelamatan harimau sumatera terus dilakukan berbagai pihak agar spesies harimau terakhir yang dimiliki Indonesia tidak punah dan lestarinya hutan di Sumatera.
Lantas bagaimana menyelamatkan harimau sumatera? Jawabannya semua pemangku kepentingan harus turun tangan. Jika kita telat peduli pada harimau sumatera, maka generasi selanjutnya hanya bisa mendengar cerita bahwa di Sumatera ada spesias harimau yang sangat gagah, tetapi kini sudah musnah. Seperti cerita harimau bali dan harimau jawa yang hanya bisa disaksikan di selembar foto.
Sumatera memiliki kawasan konservasi yang menjadi habitat penting harimau sumatera, seperti Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh dan Sumatera Utara), Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (Riau), Taman Nasional SM Rimbang Baling (Riau), Taman Nasional Kerinci Seblat (Jambi-Bengkulu-Sumatera Barat-Sumatera Selatan), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Lampung), dan Taman Nasional Way Kambas (Lampung). Keterlibatan melestarikan harimau sumatera harus dilakukan semua pihak yang bertanggungjawab terhadap perlindungan dan pemulihan kawasan yang berfungsi sebagai habitat dan penghubung antarhabitat.
Selain itu masyarakat harus dilibatkan secara aktif untuk ikut menjaga populasi harimau sumatera. Masyarakat harus diedukasi tentang pentingnya menjaga kelestarian harimau guna mendukung ketersediaan kawasan hutan lestari. Masyarakat juga harus dilibatkan untuk mengadakan patroli perlindungan hutan dan melakukan rehabilitasi kawasan terdegradasi secara kolaboratif.
Manusia perlu menyelamatkan harimau sumatera tanpa melupakan warga sekitar kawasan harimau. Harmonisasi antara manusia dengan alam harus tercipta, sehingga warga ikut menjaga dari pemburuan liar.
Di sisi lain, warga memiliki lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dampaknya, warga bisa menolak diajak untuk memburu hewan yang dilindungi dengan upah yang menggiurkan karena warga sadar harimau harus dijaga dari kepunahan. Sayangnya, konflik itu acap kali berakhir dengan tewasnya harimau yang dibunuh atau ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan tanpa sengaja dengan manusia.
Harimau sumatera memiliki panjang tubuh kurang lebih 240 sentimeter dengan tinggi 60 sentimeter dan berat sekitar 120 kg, sedangkan harimau betina memiliki panjang tubuh kurang lebih 220 centimeter dengan tinggi 60 sentimeter dan berat tubuh 90 kg. Mereka memiliki warna bulu oranye dengan corak garis hitam. Garis-garis hitam ini yang disebut loreng dan berguna untuk membedakan individu. Selain itu, bulu juga berfungsi untuk penyamaran, kehangatan, dan perlindungan diri.
Harimau termasuk jenis hewan yang mencari makan saat pagi dan senja. Rusa, babi hutan, dan muncak adalah salah satu makanannya. Pada saat mencari makan, harimau akan mengintai, mengendap, melompat lalu menyergap dan mematikan mangsanya dengan kaki pendek tapi kokoh. Kekuatan utamanya adalah tenaga, bukan daya berlari jauh dalam waktu lama.
Mata harimau akan berpendar saat gelap, kumis di bagian mulut digunakan saat menyerang mangsa dan navigasi dalam gelap, telapak tangan yang tebal dan lebar membuat harimau dapat berjalan senyap. Lima sensor yang tersebar di tubuh harimau dapat mendeteksi keadaan sekeliling.
Dalam sekali makan, harimau dapat menghabiskan hingga 18 kilogram daging. Jadi, dalam satu pekan harimau membutuhkan satu ekor mangsa besar seperti rusa atau babi hutan. Jika dihitung, dalam satu tahun harimau sumatra membutuhkan sekitar 50 ekor mangsa.
Bila kepadatan satwa mangsa tinggi, wilayah jelajah harimau cenderung sempit. Luas jelajah yang dikuasai harimau jantan seluas bisa mencapai 280 km persegi, sedangkan harimau betina menguasai area sepertiganya dari luasan jantan.
Daerah jelajah penjantan dewasa biasanya bersinggungan dengan daerah jelajah beberapa betina. Untuk menandai wilayah jelajahnya, harimau menyemprotkan urine serta menggaruk tanah dan batang pohon. Harimau betina dapat melahirkan antara 2-3 ekor anak setelah melalui masa kehamilan selama 3,5 bulan dan akan membesarkan anaknya selama kurang lebih dua tahun.
Terkadang saat membesarkan anak, induk betina dekat dengan permukiman untuk mencari tempat yang aman bagi anaknya. Sebagai predator yang menduduki puncak rantai makanan, kepunahan harimau sumatera akan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem sekitarnya. Jumlah mangsa akan meningkat dan menjadi hama bagi masyarakat yang tinggal dekat hutan.
Penanganan konflik manusia dengan harimau melalui pemulihan habitat harimau, translokasi harimau sumatera dari daerah-daerah rawan konflik ke daerah yang lebih aman. Termasuk penegakan hukum kepada yang membunuh hewan yang dilindungi.
Penegakan hukum yang adil akan menyadarkan siapa pun untuk berpikir lagi jika mau membunuh hewan liar yang dilindungi seperti orangutan, gajah, harimau, dan lain-lain. melalui teknologi dengan memasang GPS atau microchip di tubuh harimau untuk memantau posisinya setiap saat.
Penyelamatan harimau sumatera harus melibatkan lintas sektor, penyelamatan harimau sumatera harus menjadi perhatian bersama demi keseimbangan ekosistem yang berkelanjutan. Semua pihak harus berkontribusi mencegah munculnya peluang tewasnya hewan-hewan yang dilindungi. Warga yang menetap di kaki hutan harus menjadi mata, hidung, telinga, dan mulut bagi pemerintah atau pengiat hewan untuk melapor rencana kegiatan sebelum terjadi pembunuhan tersebut.
Pemahaman masyarakat terhadap harimau akan menjadikan keberanian warga sebagai garda depan terukur dalam menjaga harimau sumatera dan dapat berbagi wilayah dengan jelas. Kesadaran warga masyarakat dalam melestarikan hutan dan harimau akan terbentuk jika sudah terjalin komunikasi satu hati antara warga dengan pemerintah untuk melestarikan hewan terakhir spesies harimau asli Indonesia.