Inspirasi Sumpah Pemuda di Masa Pandemi

Heka Hertanto, Ketua Umum Artha Graha Peduli

wartaBHINEKA – Pada 28 Oktober 2021 mendatang, kita akan memperingati salah satu peristiwa penting dalam tonggak sejarah berdirinya negara/bangsa Indonesia yaitu diucapkannya Sumpah Pemuda oleh para tokoh pemuda dari seluruh Indonesia. Setelah melakukan proses pembahasan yang panjang akhir para pemuda tersebut sepakat mengikrarkan 3 janji, yaitu 1) Pengakuan terhadap adanya tanah air Indonesia, 2) Pengakuan adanya kesatuan sebagai bangsa Indonesia dan 3) Pengakuan terhadap Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Peristiwa 93 tahun yang lalu merupakan tonggak sejarah tanda perjalanan panjang lahirnya kesadaran kritis pemuda untuk menjunjung kepentingan bersama. Generasi muda sadar bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa yang majemuk di tengah upaya kolonial Belanda melakukan politik devide et impera.

Ikrar tersebut menunjukkan kapasitas dan kesiapan kaum muda untuk menjunjung segala perbedaan yang ada menjadi satu kesatuan dalam menghadapi penjajah di Nusantara. Narasi besar persatuan yang dicetuskan oleh para tokoh pemuda dan pemudi dengan latar belakang suku dan budaya yang berbeda pada 1928, menjadi bola salju besar tekad para pemuda untuk terus berupaya menjadikan Indonesia merdeka yang baru dapat terwujud 17 tahun kemudian, yaitu dengan diproklamirkan Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945.

Kini, setelah 76 tahun merdeka, Indonesia menjadi sebuah bangsa besar terdiri dari 1.340 suku dengan sekitar 300 kelompok etnis serta memiiki 1.211dialek bahasa daerah yang tersebar di 16.056 pulau, yang telah menjelma menjadi sebuah negara demokrasi yang besar dengan PDB per Kapita Indonesia 3,917.087 USD pada tahun 2020. Fakta tersebut menunjukkan bahwa saat ini Indonesia bukan lagi negara berkembang namun sudah nenjadi negara anggota kelompok G-20.

Sebuah negara besar dengan segala bentuk keanekaragaman, yang diproyeksikan oleh berbagai lembaga riset internasional akan masuk ke dalam tujuh besar ekonomi dunia pada 2030, melampaui Jerman dan Inggris. Untuk menjadi sebuah negara besar gagasan besar yang dicetuskan dalam Sumpah Pemuda 1928 tetap menjadi hal yang relevan untuk saat ini.

Para tokoh pemuda mengajarkan bahwa tanpa nilai pluralisme dan toleransi yang tinggi, maka mustahil Indonesia dapat berdiri kokoh sebagai negara bangsa hingga lebih dari 76 tahun. Para pemuda pendiri bangsa sangat menyadari hal ini, sehingga semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” diangkat untuk merekatkan nilai-nilai kebangsaan Indonesia.

Sikap toleransi tinggi telah diterapkan oleh para pemuda saat itu dengan mengesampingkan latar belakang agama dan budaya mereka, serta secara sadar mengakui bahwa semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang dicetuskan Mpu Tantular seorang pujangga sastra Jawa beragama Buddha pada abad ke XIV, merupakan sebuah ajaran yang tepat untuk dapat mewujudkan kerukunan di dalam masyarakat. Pada saat itu Mpu Tantular merasakan hidup yang aman dan tentram dalam kerajaan Majapahit yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Hal ini menunjukkan hidup berdampingan dalam kemajemukan dan keberagaman telah inheren mewarnai sejarah panjang bangsa Indonesia.

Berbagai perbedaan yang ada telah melebur menjadi semangat persatuan dalam bingkai Indonesia. Negara ini adalah rumah bagi kemajemukan.

Sampai hari ini, sumpah pemuda 1928 masih bergema. Semangat, tekad, dan cita-cita pemuda Indonesia kala itu tetap menyala dan terasa. Ditambah dengan bonus demografi, maka sudah seharusnya energi positif ini digunakan untuk membawa Indonesia menjadi lebih maju menuju 100 tahun Indonesia merdeka tahun 2045 dan menjadi modal penting untuk melewati badai pandemi Covid-19 yang melanda sejak Maret 2020.

Dalam menghadapi pandemi, Sumpah Pemuda harus menjadi energi positif yang menyatukan. Persaingan dan perbedaan tidak harus membuat kita melupakan adanya masalah-masalah bersama, kepedulian bersama kepentingan-kepentingan bersama, tujuan-tujuan bersama.

Semua permasalahan yang muncul dalam menghadapi Pandemi ini bisa kita selesaikan dengan cara bersatu dan bekerja sama memenangkan pertempuran melawan pandemi yang sudah menghancurkan sendi kehidupan sosial, budaya dan ekonomi global dan sangat berdampak terhadap tatanan situasi nasional. Semangat ini dapat menggerakkan persatuan dalam mengatasi semua tantangan dan membentuk rasa kepedulian sesama untuk saling berbagi, memperkokoh persaudaraan dan kegotongroyongan untuk meringankan beban seluruh anak negeri. Serta menumbuhkan daya juang bangsa dalam mengatasi setiap kesulitan dan tantangan yang dihadapi.

Di era Pandemi Covid-19 generasi milenial perlu semakin memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masalah-masalah sosial kemanusiaan seperti pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan masyarakat agar bisa bersama memiliki daya juang dan ketangguhan dalam menghadapi semua tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia di masa depan. Generasi milenial juga harus peduli terhadap pelestarian lingkungan karena tidak lestarinya lingkungan akan mendorong terjadinya dampak perubahan iklim yang diperkirakan akan dapat menyebabkan bencana yang jauh lebih dahsyat dari pandemi Covid-19 saat ini.

Generasi milenial juga perlu untuk memperhatikan hak masyarakat untuk hidup yang berkeadilan sesuai sila kelima Pancasila yang berbunyi ‘Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’. Sila kelima merupakan butir yang penting dalam membantu masyarakat untuk dapat bertahan menghadapi dampak berkepanjangan dari Pandemi Covid 19.

Inspirasi Sumpah Pemuda 1928 harus terus menjadi rujukan dari perjalanan sejarah masa lalu untuk terus memberikan semangat juang bagi rakyat Indonesia dalam menyelesaikan persoalan bangsa, menghadapi tantangan global yang semakin kompleks dan kompetitif untuk menuju cita-cita Indonesia maju adil makmur, menjadi negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Selamat memperingati Hari Sumpah Pemuda.

You May Also Like

More From Author