Bandung, WartaBHINEKA.com – Presiden Joko Widodo menjelaskan, pemimpin negara di dunia bisa mengendalikan medianya tetapi tidak media sosialnya. Begitu juga media mainstream bisa dikendalikan, namun media sosial tidak.
“Hampir semua negara tidak bisa mengendalikan ini (media sosial),” kata presiden dalam orasi ilmiah pada Dies Natalies Unpad di Bandung, dikutip dari Wartaekonomi, Senin (11/9/2017).
Menurutnya, dinamika media sosial mampu membentuk perubahan di dunia nyata. Pimpinan negara Singapura, Malaysia, hingga Presiden Iran juga bicara hal serupa ke Jokowi.
“Presiden Rouhani (Presiden Iran-red) menyampaikan kepada saya, saya juga kaget. Semua bisa menyampaikan secara terbuka lewat media sosial,” tambahnya
Berbicara soal media sosial di Indonesia, Jokowi menilai masih ada yang suka memuat fitnah, hoax, dan pencelaan. Isu-isu politik juga ramai dibahas. Ini mempengaruhi pejabat negara juga. Hal itu pun terjadi di negara lain, masyarakatnya dengan mudah terpengaruh berita bohong alias hoax.
“Dari sisi sosial-budaya, masyarakat menjadi mudah emosional, teraduk-aduk. Padahal belum tentu informasi yang berkembang itu betul,”ucapnya
Jokowi juga menceritakan pengalamannya dalam mengamati Pilpres Amerika Serikat yang lalu. Awalnya survei mengunggulkan Hillary Clinton. Tapi pengaruh media sosial yang masif, bisa membawa perubahan. Ini juga terjadi pada David Cameron pasca-Brexit di Inggris.
“Di Amerika Serikat, survei semua mengatakan Ibu Hillary Clinton unggul atas Donald Trump. Saat itu saya belum percaya karena informasi media sosial tidak seperti itu. Trump menggunakan kampanye media sosial yang luar biasa. Akhirnya juga berubah,” tambahnya.