Lampung (wartaBHINEKA.com – Pembukaan30 hektare tambak di Desa Enclave Way Haru, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung, yang berdekatan dengan kawasan konservasi hutan dan cagar alam laut dikhawatirkan menimbulkan dampak signifikan terhadap kelestarian kawasan hutan dan cagar alam laut di sekitarnya. Terlebih lagi pembukaan tambak itu dilakukan tanpa izin.
“Setelah dilakukan penyidikan oleh Polda Lampung diketahui bahwa perusahaan tidak memiliki izin lingkungan untuk melakukan kegiatan usaha tambak dan diduga bertentangan dengan tata ruang Pemda,” ungkap Willyam Direktur Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) akhir Desember 2017..
Dikutip dari media indonesia.com, pembukaan tambak ditemukan oleh patroli TWNC yang kemudian dilaporkan kepada Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS). Laporan itupun diteruskan ke Polda Lampung.
Hasil temuan di lapangan menunjukkan terdapat aktivitas ilegal di bagian utara kawasan kolaborasi, di antaranya seperti jerat, bekas cacaran, kebun dalam kawasan dan camp pemburu yang masih aktif. Pada camp yang ditinggalkan oleh pemburu ditemukan alat komunikasi dan barang bukti foto pemburu.
Data patroli terakhir menyebutkan banyak jerat aktif yang ditemukan di wilayah utara TNBBS–TWNC terutama yang berada di sekitar Desa Enclave Way Haru yang berada di kawasan taman nasional. Sebagian besar jerat yang ditemukan bisa digunakan untuk menangkap satwa langka seperti rusa, harimau, dan badak.
Tim juga menemukan pembukaan dan pelebaran jalan antara Way Haru–Way Heni. Jalan yang diperuntukkan sebagai jalur patroli diubah menjadi jalan lintas permanen. Jalan ini kemudian digunakan sebagai jalur mobilisasi alat berat kegiatan tambak di Way Haru. Sejumlah aktivitas ilegal ditemukan di sepanjang jalan itu seperti gubuk, jalur ilegal, dan perambahan kawasan.
Willyam menduga mulainya aktivitas pembukaan tambak seiring dengan adanya peningkatan temuan aktivitas ilegal dalam kawasan. Hal ini tidak menutup kemungkinan semakin rapi dan terorganisirnya kegiatan perburuan satwa dalam kawasan. Tidak hanya satwa besar yang menjadi target melainkan berbagai jenis burung juga menjadi target mereka.
“Temuan ini mengindikasikan semakin banyak orang–orang yang bebas keluar masuk kawasan konservasi. Jika dibiarkan, berakibat penurunan populasi satwa terutama satwa langka di dalam kawasan,” kata Willyam.