Jakarta – Kekejaman melekat dengan kelompok teror ISIS. Selain keji, organisasi yang juga dikenal sebagai Daesh itu kerap menipu para pengikutnya.
Awalnya, ISIS menjanjikan kehidupan lebih baik jika bergabung dan bertempur bersama mereka melawan sejumlah pihak yang dianggap musuh.
Namun, semua janji tersebut cuma tipu muslihat belaka. Setidaknya, hal tersebut dirasakan seorang WNI bernama Dilfansyah Rahmani.
“Semua bohong… ketika kami memasuki wilayah ISIS, masuk ke negara mereka, yang kami lihat sangat berbeda dengan apa yang mereka katakan di internet,” sebut Dilfansyah seperti dikutip dari BBC Indonesia, Kamis (6/7/2017).
“Laki-laki (yang bersama kami) tak ada yang pernah berperang bersama Daesh (Daulat Islamiyah). Tak ada sama sekali. Kami semua benci sama mereka dan kami tertipu oleh mereka. Kami ingin ke luar dari Daesh lebih dari setahun lalu, namun baru bisa menemukan jalan keluar sekarang,” jelasnya.
“Kami di sini (kamp pengungsian) sudah tiga minggu dan ingin sesegera mungkin kembali ke Indonesia,” kata Dilfansyah.
Ia mengharapkan agar bisa segera kembali ke Tanah Air, pemerintah mau turun tangan dan membantunya.
Dilfansyah telah berada di kamp pengungsi Suriah, Ain Issa. Menurutnya, walau sudah lepas dari cengkeraman ISIS, kondisi di kamp pengungsian jauh dari kata baik.
“Kondisi kami di sini juga banyak yang sakit-sakitan, uang semakin menipis,” papar dia.
Salah seorang jurnalis asing dari Arabic Al Aan, Jenan Moussa mengatakan, dirinya sempat bertemua Dilfansyah. Ia pun mendengar bagaimana perempuan itu berkeluh kesah mengenai ISIS.
“Perempuan Indonesia mengatakan kepada saya, ISIS menipu kami dengan propaganda,” tutur Mousssa.
Petugas dari kelompok pegiat hak asasi Human Rights Watch yang berada di kamp itu, Ole Solvang mengatakan, ada 12.000 orang berada kamp Ain Issa. Sebagian besar adalah warga Suriah.
Ada pula, beberapa orang asing, termasuk dari Indonesia, Tunisia dan juga dari Rusia. Di tempat ini lah Solvag bertemu Dilafansyah.
“Mereka mengatakan ingin kembali ke Indonesia tapi menunggu lima pria yang pergi bersama mereka. Kelima pria berada di penjara Kobane, jadi terpisah waktu keluar.”
“Saya tak tahu mengapa (mereka dipenjara), tapi sering terjadi bahwa pemerintah menahan orang yang keluar dari Raqqa dan diperiksa apakah mereka anggota ISIS atau terkait dengan organisasi terkait ISIS.”
2 WNI Perempuan Korban Penipuan
Dua perempuan Indonesia juga jadi korban tipu daya ISIS. Salah satunya bernama Leefa.
Ia mengaku punya alasan kuat untuk bergabung dengan ISIS. Warga Negara Indonesia (WNI) itu mengaku ingin mendapatkan penghidupan yang lebih baik dibanding di Tanah Air.
Apalagi, perempuan tersebut mengalami masalah kesehatan. “Saya butuh operasi leher. Di Indonesia biayanya sangat mahal. Tapi di Daesh, katanya, semua gratis,” kata dia, seperti dikutip dari situs aawsat, Kamis (15/6/2017). Daesh adalah nama lain ISIS.
Pengetahuan Leefa soal ISIS didapat dari internet dan video yang diproduksi kelompok teror tersebut. Di benaknya kala itu, “kekhalifahan” yang didirikan di Irak dan Suriah itu adalah tempat yang ideal bagi Muslim. Bak surga di atas Bumi.
“Saya pergi ke wilayah ISIS untuk menjadi Muslim sejati,” kata dia.
Jangankan kehidupan serba mudah, operasi leher yang dijanjikan pun tinggal janji. Leefa sadar ia jadi korban janji manis ISIS yang ternyata dusta belaka.
WNI lain, sebut saja namanya Nur, juga mengaku jadi korban ISIS. “Semuanya bohong besar,” kata dia, seperti dikutip dari Straits Times.
Perempuan 19 tahun itu mengaku saat memasuki wilayah ISIS, ia menyaksikan segalanya berbeda dengan yang terpampang di internet.
Nur pergi ke Suriah bersama keluarganya. Mereka berharap saudara-saudara lelakinya akan mendapatkan pekerjaan yang dijanjikan.
Namun, semua itu hanya propaganda. Alih-alih merintis karier dengan gaji setinggi langit, para pria dipaksa jadi militan, menenteng bedil, bertaruh nyawa di zona tempur, berhadapan dengan tank dan rudal lawan.
“Mereka bahkan dipenjara, ayahku, saudara-saudaraku,” kata dia. Tak jelas mengapa keluarga Nur dijebloskan ke balik bui.
Perempuan itu juga mengaku dikejar-kejar banyak militan ISIS. Pria-pria itu ingin menikahinya.
“Tingkat perceraian di sana tinggi. Talak dijatuhkan meski pernikahan baru berlangsung dua minggu atau dua bulan,” kata dia.
Nur merasa jijik saat mengetahui topik pembicaraan favorit para militan ISIS adalah soal perempuan.
Sumber :
global.liputan6.com