wartaBHINEKA – Jakarta, Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet mencermati mengenai penetapan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada Juli 2023. Khususnya dalam mengantisipasi ancaman El Nino.
“BI yang menetapkan suku bunga tetap karena inflasi relatif terkendali namun seperti yang kita tahu bahwa ancaman El Nino dalam beberapa bulan kedepan itu masih ada,” kata Yusuf, Rabu (26/7/2023).
Untuk itu, Yusuf menilai BI perlu melakukan konsolidasi. Hal tersebut perlu dilakukan agar kenaikan inflasi yang disebabkan oleh El Nino perlu diantisipasi sejak dini.
Jika hal tersebut dilakukan, Yusuf menilai BI akan memiliki ruang untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level yang sama.
“Itu bisa dilanjutkan pada sisa akhir bulan pada tahun ini,” kata Yusuf.
Deputi Gubernur BI Aida S Budiman menjelaskan sejauh ini dampak El Nino masih bisa terkendali. Sejauh ini, kata Aida, El Nino masih cukup baik sesuai dengan skenario yang ada dalam baseline BI.
“Skenarionya dia (El Nino) masih lemah jadi belum menuju kepada negara-negara lain dan mudah-mudahan ini terus berlangsung sampai akhir tahun,” ucap Aida.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 24-25 Juli 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,0 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50 persen. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan mempertahankan BI7DRR sebesar 5,75 tersebut konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran tiga plus minus satu persen atau di bawah empat persen pada sisa tahun ini dan 2,5 plus minus satu persen pada 2024.
Perry menjelaskan, saat ini inflasi kembali ke dalam sasaran lebih cepat dari perkiraan. “Inflasi IHK pada bulan Juni 2023 tercatat 3,52 persen secara tahunan sehingga berada di dalam sasaran tiga plus minus satu persen,” jelas Perry.
Penurunan inflasi terjadi di semua kelompok. Inflasi inti Juni 2023 tercatat 2,58 persen secara tahunan yang lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,66 persen. Hal tersebut dipengaruhi oleh stabilnya nilai tukar, turunnya harga komoditas global, rendahnya dampak lanjutan dari inflasi volatile food, dan terkendalinya ekspektasi inflasi.
Inflasi kelompok volatile food tercatat 1,20 persen secara tahunan yang turun dari inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 3,28 persen. Inflasi kelompok administered prices juga menurun dari 9,52 persen secara tahunan menjadi 9,21 persen.
.
(Sumber: Republika)