Jakarta – Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan pengembang Sudirman Central Business District (SCBD) sudah menyampaikan panduan rancang kota atau urban design guidelines (UDGL) gedung tertinggi. Ia mewajibkan pengelola mengintegrasikannya dengan moda transportasi publik mass rapid transit (MRT) Jakarta dan light rail transit (LRT).
“Sehingga MRT juga punya transit oriented development di SCBD, bukan hanya punya Signature Tower,” ujar Djarot di Balai Kota Jakarta, Jumat, 14 Juli 2017.
Gubernur juga memperingatkan lalu lintas dengan prediksi lima sampai tujuh tahun ke depan harus diperhatikan. “Sehingga kajiannya betul-betul,” ujar Djarot.
Pemerintah Provinsi DKI akan mengatur tata kelola kawasan itu agar lebih tertib tanpa hambatan lalu lintas. Konsepnya, akan ada bus pengumpan menuju halte Transjakarta ataupun stasiun LRT dan MRT di SCBD.
SCBD berencana membangun Signature Tower, bangunan yang diklaim sebagai gedung tertinggi se-Asia Tenggara, oleh PT Danayasa Arthatama. Pembahasannya sempat terhenti karena belum ada kajian mengenai daya dukung sarana dan prasarana, khususnya ketersediaan air dan limbah. Djarot memastikan kawasan itu juga harus menjamin daya dukung lingkungannya, termasuk persediaan air.
Dalam rapat badan koordinasi penataan ruang daerah yang digelar kemarin, Kamis, 13 Juli 2017, Pemprov DKI Jakarta mengundang Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya dan PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja). “Mampu tidak? Gedung tinggi butuh air yang cukup besar.” Namun Palyja, kata Djarot, mampu menyediakan air yang diklaim masih surplus di kawasan SCBD.
Meski begitu, Pemprov DKI masih harus menunggu kebijakan nasional. Baik Pemprov DKI Jakarta maupun pihak SCBD menunggu pembahasan dalam rapat terbatas dengan Presiden karena gedung Signature Tower akan menjadi gedung tertinggi dan ikon nasional.
Sumber :
metro.tempo.co