Sosialisasi Generasi Milenial Dengan Cara Inovatif

Yogyakarta, WartaBHINEKA – Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X menyatakan, sosialisasi dan pengenalan nilai Pancasila kepada generasi milenial membutuhkan cara baru yang inovatif. Hal ini karena metode sosialisasi Pancasila yang konvensional di nilai tidak cocok lagi dengan karakter generasi Milenial.

“Sekarang ini kita menghadapi generasi milenial yang dalam setiap tindakannya berharap adanya nila guna dan manfaat. Oleh sebab itu, aktualisasi Pancasila dengan cara – cara, metode, dan model lamakurang menyentuh kebutuhan mereka, ” ungkap Sultan HB X saat menyampaikan orasi kebangsaan dalam acara Forum Negara Pancasila di Yogyakarta, Rabu (22/11/2017) Dikutip dari Harian Kompas. Kamis 23 November 2017.

Sultan menuturkan, Pancasila dapat dipahami dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari – hari oleh seluruh elemen bangsa, generasi milenial harus menjadi salah satu sasaran sosialisasi Pancasila, Hal ini disebabkan oleh jumlah anak muda yang tergolong sebagai generasi milenial cukup banyak dan akan terus bertambah.

Agar sosialisasi Pancasila ke generasi milenial efektif, di butuhkan metode baru.

Harus ada rumusan baru yang jelas dan disosialisasikan secara utuh agar Pancasila secara nalar bisa diterima dan secara sadar menjadi living ideology (ideologi yang hidup) dalam bangsa di kalangan generasi milenial,” ujar Sultan,

Sultan menjelaskan, sosialisasi Pancasila pada generasi milenial tidak cukup hanya berisi pemaparan mengenai makna di balik ideologi tersebut. Sosialisasi tersebut juga harus menjelaskan apa nilai guna dari Pancasila, misalnya dalam hal persatuan bangsa dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini karena generasi milenial venderung melihat sesuatu berdasarkan nilai guna dan manfaarnya.

“Manakala jawabannya tidak nyambung antara maknsa dan untuk apa (manfaat), jangan salahkan jika mereka kurang memahamu Pancasila,” ujar Sultan.

Dalam orasi kebangsaanya, Sultan juga menyebut pentingnya menumbuhkembangkan Pancasila dari sebuah ide menjadi ideologi yang hidup di tengah – tengah masyarakat. Sebab, tanpa menjadi sebeuah ideologi yang hidup, Pancasila hanya akan menjadi ide yang tidak menggerakkan masyarakat.

” Kita perlu membalik paradigma ide menjadi motor penggerak masyarakat, serta landasan persatuan dan kesatuan bangsa guna merespons dinamika perubahan zaman. Jika sebuah ideologi bangsa telah memiliki sistematika tertentu, dan bukan menjadi filosofi mati, seluruh aspek kehidupan masyarakat akan berperilaku sesuai dengan nilai substantif ideologi bangsa tersbut,” tutur Sultan.

Masih dalam acara yang sama, Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila Yudi Latif mengatakan, perjalanan sebuah bangsa memang selalu di warnai berbagai perubahan. Namun, dia mengingatkan, di antara perubahan – perubahan tersebut, ada sebuah elemen konstan, yakni nilai atau semangat yang memandu perjalanan sebuah bangsa, ” Dalam kasus bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pemandu,” ujarnya.

Yudi menambahkan, media sosial bisa dimanfaatkan untuk menyosialisasikan dan membumikan nilai – nilai Pancasila, terutama pada generasi milenial. Sebab, saat ini jumlah pengguna media sosial di Indonesia sangat banyak sehingga medium tersebut bisa mempengaruhi banyak orang.

“Kalau dimanfaatkan dengan naik, media sosial bisa menjadi medium sosialisasi Pancasila yang efektif pada generasi muda,” Ujarnya.

You May Also Like

More From Author