Jakarta, WartaBHINEKA – Pariwisata digadang – gadang menjadi salah satu sektor penyumbang devisa besar bagi Indonesia. Sektor ini juga dinilai berdampak langsung bagi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pariwisata. Semakin beragam kegiatan yang bersentuhan dengan sektor pariwisata, semakin besar dampak nya bagi masyarakat.
Merujuk data Kementerian Pariwisata tenaga kerja yang diserap sektor pariwisata pada 2015 sebanyak 11, 4 juta orang. Pada 2016, jumlahnya meningkat menjadi 11, 8 juta orang.
Agar jumlah wisatawan yang dating ke lokasi tujuan wisata semakin banyak, pemerintah mengupayakan dan melakukan banyak cara. Salah satunya melalui pembebasan visa kunjungan bagi warga 169 negara. Cara lain adalah dengan menggenjot infrastruktur perhubungan sehingga titik –titik tujuan wisata mudah dijangkau. Dengan cara itu, wisatawan lebih mudah dating ke daerah tujuan wisata di Indonesia nan indah ini.
Indonesia yang terbentang mulai dari Sabang sama Marauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote merupakan Negara kepulauan sehingga transportasi merupakan faktor pendukung yang penting bagi industri pariwisata.
Upaya lain adalah menggaungkan citra pariwisata Indonesia yakni Wonderful Indonesia. Berbagai upaya itu membuahkan hasil, yakni penerimaan devisa dan jasa perjalanan yang meningka. Pada triwulan III – 2017, penerimaan jasa perjalanan 3, 398 miliar dollar AS. Penerimaan ini dairi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Adapun pembayaran jasa perjalanan, yakni pengeluaran wisatawan domestik yang berkunjung ke luar negeri, sebesar 2,259 miliar dollar AS. Dengan demikian, pada triwulan III – 2017, surplus jasa perjalanan RI mencapai 869 juta dollar AS.
Berdasarkan daa Bank Indonesia, sebanyak 3, 48 juta orang melawat ke Indonesia pada triwulan III – 2017. Sementara yang melawat ke luar negeri 2, 263 juta orang.
Pada triwulan III – 2016, 2,921 juta orang melawat dari luar negeri Indonesia dengan 2, 184 juta orang bepergian dari Indonesia ke luar negeri. Dari jumlah pelawat itu, penerimaan jasa perjalanan yang diterima RI pada triwulan III – 2016 sebesar 3,081 miliar dollar dan yan dibayarkan 2, 174 miliar dollar AS.
Pada triwulan III – 2016, surplus jasa perjalanan dalam neraca pembayaran Indonesia mencapai 907 juta dollar AS.
Jika dibandingkan secara tahunan, devisa yang diperoleh dari jasa perjalanan pada triwulan III – 2017 lebih kecil daripada triwulan III – 2016.
Harapannya, kondisi ini hanya terjadi pada triwulan III, Sebab, data triwulan I dan II menunjukkan, surplus jasa perjalanan pada 2017 lebih besar daripada 2016. DIharapan pada triwulan IV- 2017 surplus penerimaan jasa perjalanan pada tahun 2017 lebih besar daripada triwulan IV- 2016 yang sebesar 962 juta dollar AS.
Secara keseluruhan, surplus jasa perjalanan meningkat dari 2, 166 miliar dollar pada 2014menjadi 3,469 miliar dollar AS pada 2015 dan 3,554 miliar dollar AS pada tahun 2016. Adapun pada Sembilan bulan pertama di 2017, surplus jasa perjalanan mencapai 3, 132 miliar dollar AS. Tinggal 422 juta dollar AS lagi untuk menyamai surplus jasa perjalanan tahun lalu.
Resep menjaga surplus jasa perjalanan yang paling sederhana, tentu saja, meningkatkan kunjungan wisatawan asing ke Indonesia. Peningkatan kunjungan itu mesti diikuti dengan pertumbuhan belanja. Harapannya, kenaikan perolehan devisa kita berbanding lurus dengan kenaikan jumlah wisatawan.
Neraca Pembayaran Indonesia menunjukkan, jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia meningkat setiap triwulannya. Data Badan Pusat Statistik yang berbasis survei Kementerian Pariwisata terhadap wisatawan yang meninggalkan Indonesia menyebutkan, pengeluaran rata – rata wisatawan asing di Indonesia 1.208 dollar AS pada 2015. Jika pengeluaran wisatawan mancanegara bias ditingkatkan, penerimaan jasa perjalanan juga akan semakin besar.
Resep itu bias dipadukan dengan lama tinggaal. Pada akhirnya, padu padan resep meraup devisa dari pariwisata tak boleh kendur. DIkutip Harian Kompas (Senin, 11 Desember 2017).