Virus Hepatitis: Another Silent killer?

WartaBHINEKA.com – Jakarta, Organ hati pada manusia memiliki banyak fungsi penting salah satu yang terpenting adalah eliminasi toksin dari tubuh. Gangguan terhadap fungsi hati dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti infeksi, alkohol atau kadar lemak darah tinggi. Banyak jenis virus dapat menyebabkan radang pada hati namun hanya infeksi oleh virus hepatitis yang menyebabkan komplikasi jangka panjang pada tubuh manusia. Kita akan membahas lebih detail tentang virus Hepatitis B (Hep B) dan sedikit tentang Hepatitis C (Hep C) yang dapat menyebabkan infeksi kronis dan yang angka kejadiannya meningkat sebagai penyebab sirhosis dan kanker hati selain alkoholisme.

Virus Hepatitis dibagi menjadi 5 kelas Virus, masing-masing dengan karakteristik:

Virus Transmisi Infeksi Kronik Tes Laboratorium Vaksin
Hep. A Fecal-oral Tidak IgM HAV Tersedia
Hep. B Darah; seksual; transmisi vertikal Ya HbsAg, IgM anti HBc Tersedia
Hep. C Darah; seksual Ya HCV Ab
Hep. D Darah; seksual Ya Antibodi delta
Hep. E Fecal-oral Tidak

 

Infeksi oleh Virus Hepatitis A (Hep A) dan E (Hep E) disebarkan lewat kontak terhadap makanan atau air yang telah terkontaminasi oleh feses orang yang terinfeksi (fecal-oral route). Infeksi akut oleh kedua jenis virus ini menyebabkan gejala seperti demam, nyeri perut dan diare tapi jarang terjadi komplikasi medis kecuali di pasien anak kecil, ibu hamil atau pasien dengan defisiensi sistem kekebalan tubuh.

 

Infeksi Virus Hepatitis C

Prevalensi Hep C paling banyak di pengguna obat-obatan terlarang yang menggunakan jarum suntik bergantian berulang kali. Data mengenai infeksi oleh Hep C menunjukan prevalensi sekitar 1-5% populasi dunia pernah mengalami infeksi akut dengan gejala seperti demam, badan dan mata kuning, mual muntah, pembesaran hati yang diikuti dengan infeksi kronik pada ±75% penderita. Infeksi kronik meningkatkan resiko terhadap sirhosis dan kanker hati. Data menunjukan 20% dari semua kasus sirhosis dan kanker hati disebabkan oleh infeksi Hep C.

Infeksi Virus Hepatitis B

Sama halnya dengan Hep C, dari penelitian dibuktikan di area-area dengan prevalensi Hep B yang tinggi didapatkan peningkatan insiden diagnosis kanker hati dan sirhosis. Ini menunjukan adanya hubungan sebab akibat dari kedua penyakit tersebut. Oleh karena itu Hep B mendapatkan perhatian khusus dibanding Hep C. Infeksi dengan Hep B (atau C) merusak atau menyebabkan mutasi pada sel-sel normal hati yang selanjutnya merangsang pembentukan sel/jaringan baru yang tidak terkontrol sehingga memicu pertumbuhan sel tumor (kanker hati).

Penularan Hep B bisa lewat hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi atau hubungan homoseksual (70% dari hubungan tersebut dalam 5 tahun), lewat darah seperti penggunaan jarum suntik pada penyalahguna obat terlarang, atau lewat transmisi vertikal saat kelahiran anak dari ibu yang terinfeksi Hep B. 70-90% bayi dari ibu yang terinfeksi Hep B ikut terinfeksi, mayoritas menjadi infeksi kronik. Oleh karena itu pencegahan transmisi vertikal sangat penting dilakukan.

Gejala infeksi Hep B mirip seperti Hep C. Diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan awal HbsAg, antigen terhadap Hep B. Apabila hasil positif dipastikan yang bersangkutan pernah atau sedang terinfeksi oleh Hep B. Sekitar 5% pasien yang terinfeksi Hepatitis B tetap memiliki HbsAg lebih dari 6 bulan atau disebut infeksi kronik. Pasien seperti ini perlu melakukan pemeriksaan serologi tambahan untuk menentukan perlu/tidaknya pengobatan.

Vaksin untuk Hepatitis B berfungsi untuk memberikan imunitas aktif terhadap orang yang belum pernah terinfeksi atau rentan terinfeksi. Program pemerintah mewajibkan setiap anak yang baru lahir untuk menerima vaksinasi terhadap Hep B dalam 12 jam setelah kelahiran. Orang dewasa yang tidak yakin dengan status imunisasi terhadap Hep B disarankan untuk melakukan vaksinasi agar mendapatkan perlindungan.

Kapan periksa dan periksa apa?

Mayoritas pasien dengan infeksi hepatitis kronik tidak menyadari pernah terkena infeksi akut karena gejala yang tidak spesifik seperti demam dan mual muntah. Oleh karena itu disarankan melakukan pemeriksaan tahunan untuk mendeteksi ada/tidaknya infeksi hepatitis kronik. Pemeriksaan yang dilakukan pertama adalah pemeriksaan HBsAg untuk mendeteksi ada/tidaknya antigen virus Hep B di tubuh kita dan pemeriksaan Anti HCV untuk mendeteksi antibody terhadap Virus Hep C, pada pasien yang pernah/sedang terinfeksi Hep C hasilnya akan positif. Apabila didapatkan hasil positif maka sebaiknya perlu dilakukan konsultasi ke dokter spesialis untuk menentukan rencana pemeriksaan selanjutnya dan terapi jika diperlukan.

Sumber:

  1. Levinson and Jawetz. Medical Microbiology and Immunology. Mcgraw-Hill. 2001
  2. Wells et al. Pharmacotherapy Handbook. Mcgraw-Hill. 2009
  3. Maclachan et al. Hepatitis B Virus Epidemiology. Cold Spring Harb Perspect Med. 2015 May; 5(5): a021410.
  4. Alter. Miriam J. World J Gastroenterol. 2007 May 7; 13(17): 2436–2441.

 

Penulis: dr. Graz Rimba

 

 

 

 

You May Also Like

More From Author